Apa itu Sudo? Mengenal Perintah Sudo di Linux
Untuk melakukan perubahan pada sistem seperti menambah, mengedit atau menghapus file sistem, dan melakukan kegiatan administratif seperti melakukan penginstalan aplikasi, menambah user baru dan sebagainya, kamu bisa melakukannya dengan menggunakan dua cara.
Pertama, kamu bisa menggunakan sebuah user bernama “root” yang merupakan super user atau user dengan hak akses tertinggi di Linux. Dengan menggunakan “root” kamu bisa melakukan perubahan apa saja pada file sistem, kamu memiliki hak akses penuh terhadap sistem.
Cara lainnya, jika kamu tidak memiliki atau tidak sedang menggunakan user “root” adalah dengan menggunakan perintah “sudo” dari user biasa yang memiliki hak akses administratif (tidak semua user bisa melakukannya, hanya user yang memiliki hak akses administratif).
Cara yang kamu gunakan diantara dua cara tersebut bisa jadi tergantung dengan kepada distribusi mana yang kamu gunakan. Karena beberapa distribusi Linux seperti Fedora, RedHat, OpenSuSE dan lainnya mengaktfikan super user “root” secara default.
Sedangkan beberapa distribusi lainnya seperti Ubuntu, Linux Mint, Elementary OS dan lainnya tidak mengaktifkan super user “root” secara default karena beberapa alasan keamanan. Kenapa? Jadi apa itu “sudo” sebenarnya? Mari kita bahas.
Sejarah Singkat sudo
“sudo” pada awalnya dibuat oleh Bob Coggeshall dan Cliff Spencer pada tahun 1980. Sejak penemuan pertamanya itu, “sudo” sudah beberapa kali dikonfigurasi ulang cara penggunaannya dengan menambahkan kemampuan baru dan dikembangkan ulang oleh pengembang yang lain.
Sampai pada sekitaran tahun 1994, Todd Miller mengembangkan “sudo” di Colorado University, sebuah versi unofficial dari sudo yang kemudian dirilis dan disebut dengan “CU sudo”.
Versi ini mendukung atau bisa digunakan pada lebih banyak distribusi Linux dibandingkan dengan versi sebelumnya yang hanya mendukung beberapa distribusi tertentu. Selain itu, Todd Miller juga melakukan banyak perbaikan-perbaikan dari bug yang pada “sudo” sebelumnya.
Sementara “sudo” yang asli tidak memiliki rilis baru dan perbaikan lagi sejak tahun 1991, “sudo” yang dikembangkan oleh Todd Miller dirilis lagi pada tahun 1999 dengan berbagai perbaikan dan kemampuan. Karena perbaikan dan kemampuannya itu, kemudian versi “sudo” yang dikembangkan oleh Todd Miller ini menjadi versi “sudo” yang digunakan pada distribusi-distribusi Linux yang kita gunakan sampai saat ini.
Apa itu sudo?
Jika kamu terbiasa menggunakan Linux tradisional, maka kamu pasti sudah terbiasa menggunakan super user “root”. Bahkan kamu bisa beralih dari user biasa menjadi user “root” hanya dengan menggunakan perintah “su”.
- Baca Juga : Apa itu Swap? Fungsi Partisi Swap di Linux
Untuk banyak orang, melakukan login ke sistem sebagai user “root” adalah hal yang berbahaya, mengingat “root” bisa dengan mudah melakukan perubahan pada file sistem dan melakukan tindakan administratif seperti memasang aplikasi dan sebagainya.
Itulah mengapa diciptakannya “sudo”.
“sudo” sendiri merupakan sebuah singkatan, pada awalnya “sudo” merupakan singkatan dari “substitute user do”, namun seiring waktu “sudo” lebih sering dan sesuai disebut sebagai singkatan dari “super user do”.
“sudo” dengan cara yang efektif dan aman mengizinkan sebuah user biasa untuk menjalankan sebuah program sebagai sebuah super user atau “root”.
Penggunaan “sudo” untuk melakukan tindakan administratif yang bisa melakukan perubahan file sistem diyakini lebih aman dibandingkan dengan harus menggunakan user “root” secara langsung, karena pengguna akan dimintai password terlebih dahulu dan akan diberitahukan konfirmasi keamanan sebelum melakukan perubahan file sistem atau tindakan administratif.
Bayangkan jika kamu tidak sengaja menghapus keseluruhan file sistem hanya karena salah menekan sebuah tombol atau salah mengetikkan sebuah perintah, atau bayangkan juga jika kamu ternyata tidak sengaja memasang aplikasi jahat yang bisa membahayakan file sistem milik kamu. Itulah beberapa alasan mengapa menggunakan “sudo” lebih aman dibandingkan harus menggunakan user “root” secara langsung.
Namun tetap ada yang tidak setuju dengan pendapat tersebut. Itulah sebabnya terdapat beberapa distribusi yang lebih memilih hanya menggunakan menggunakan metode “sudo” untuk melakukan tindakan administratif alih-alih mengaktifkan user “root” secara default, dan ada juga distribusi-distribusi Linux yang mengizinkan penggunaan user “root” secara default.
Bagaimanapun, dengan menghargai pada pendapat yang mana kamu percayai, dan distribusi apa yang kamu gunakan saat ini, kita tahu akan selalu ada kekurangan dan kelebihan dari masing-masing sisi, dan hal itu akan selalu bisa diperdebatkan.
Silahkan menggunakan user “root” sejauh kamu yakin tindakan-tindakan yang kamu lakukan aman dan kamu tahu batasan-batasan aman dalam menggunakannya. Pada akhirnya, kita sebagai pengguna yang ada dibelakangnya adalah hal yang paling penting.
Cara Penggunaan Perintah Sudo
Menggunakan perintah “sudo” di dalam semua penggunaan perintah-perintah dasar sangatlah mudah, cukup tambahkan kata “sudo” pada setiap perintah yang ingin kamu eksekusi. Misalnya kamu ingin menjalankan perintah “dpkg” untuk memasang sebuah aplikasi dengan format package “.deb” pada sistem yang kamu gunakan.
Jika menggunakan user biasa, ketika menjalankan perintah “dpkg -i nama_aplikasi.deb” untuk memasang sebuah aplikasi, kamu akan mendapat peringatan error bahwa user yang kamu gunakan tidak memiliki akses untuk menjalankan perintah tersebut.
Itu karena user biasa secara default tidak bisa memasang aplikasi pada mesin Linux. Jadi agar kamu bisa memasang aplikasi yang diinginkan tersebut, kamu harus menggunakan perintah “sudo dpkg -i software.deb”.